Nama
|
:
Musthofa Abimar
Simamora
|
NIM
|
:
J3M116088
|
Kelas
|
:
LNK A2
|
Kelompok
|
:
1
|
Hari/Tanggal
|
:
Jumat, 9 November 2018
|
Waktu
|
:
07.00-11.00 WIB
|
PJ Praktikum
|
:
Emil Wahdi M.Si
|
Asisten
|
:
Woro Wur Daningsih
|
|
Maulita Ananda P
|
Laporan Praktikum
Sanitasi dan
Toksikologi
KUANTITATIF
BAHAN TOKSIK
PROGRAM
STUDI TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
SEKOLAH
VOKASI
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Ekotoksikologi
adalah ilmu yang mengkaji perubahan-perubahan ekosistem yang mengalami gangguan
jangka panjang atau pendek. Menurut (Rand and Petrocelli, 1985) toksikologi
perairan adalah ilmu yang mengkaji kualitatif dan kuantitatif bahan-bahan kimia
dan antropogenik lain atau xenobiotik yang merugikan organisme perairan.
Xenobiotik adalah zat-zat kimia yang asing bagi tubuh organisme.
Berbagai
senyawa kimia organik, anorganik atau mineral yang dibuang ke dalam air dapat
mengotori dan bersifat toksik sehingga dapat mematikan ikan dan organisme air
lainnya. Bahan toksik di perairan yang berupa zat-zat kimia beracun dapat
berasal dari kegiatan industri, air limbah tambang, erosi permukaan pada
tambang terbuka, pencucian herbisida dan insektisida serta akibat kecelakaan
seperti tumpahnya minyak atau pecahnya tanker kimia di laut (Southwick, 1976).
Khusus tentang limbah yang berasal dari kegiatan industri, (Dix, 1981)
menyatakan bahwa pencemar yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh jenis
industri.
Kehidupan
mahluk hidup tergantung dari apa yang terjadi dilingkunganya. Lingkungan yang
bebas mudah dimasuki bahan-bahan yang tidak diketahui misalnya Limbah.
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari prosesperacunan atau sifat-sifat bahan
racun dan pengaruhnya terhadap mahluk hidup.Ilmu yang mempelajari mengenai
proses peracunan yang terjadi di lingkungandisebut ekotoksikologi.
Ekotoksigologi merupakan cabang ilmu dari Toksikologi.Wilayah perairan adalah
zona bebas dimana banyak effluent yang masuk baik secara langsung melalui
pipa-pipa pembuangan atau run off dari aliran bawah tanah.
Banyak
zat-zat kimia yang di buang ke laut diantaranya adalah dari limbah-limbah
industri yang banyak memakai bahan kimia, atau limbah dari kegiatan akuakultur
yang biasanya menghasilkan limbah bahan-bahan organik. Efek keracunan yang
terjadi dapat bersifat akut, sub-akut, khronis, delayed. Hal ini ditentukan
oleh waktu, lokasiorgan (lokal/sistemik). Kemampuan racun untuk menimbulkan
kerusakan apa bilamasuk kedalam tubuh dan lokasi organ yang rentan disebut
toksisitas.Toksisitas dapat ditentukan dari beberapa faktor
1.2.
Tujuan
1. Mengetahui
toksisitas dan dampak negatif dari deterjen
cair
2. Mengetahui
perubahan dari hewan uji terhadap toksikan
3. Mengetahui
kandungan aktif dari deterjen cair
BAB II
METODE KERJA
2.1.
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan untuk praktikum yaitu baskom, pH
indicator, gelas ukur, stopwatch, dan
alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu ikan mas (Cyprinus carpio L.), air keran, deterjen cair, softener (pewangi), bayclean, baygon, dan pembersih lantai.
2.2.
Cara
kerja
1. Siapkan
2 baskom terlebih dahulu,
2.
Kemudian baskom yang telah disiapkan diisi
dengan air keran,
3.
Ukur pH awal dari air,
4.
Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) dimasukkan ke dalam baskom yang telah berisi
air, satu baskom berisi 2 ikan dan baskom lainnya berisi 3 ikan,
5.
Bahan deterjen cair (Total) sebanyak 25 ml
diukur dengan gelas ukur kemuduian dimasukkan ke dalam baskom 1 dan sebanyak 50
ml ke dalam baskom 2 yang berisi air,
6.
Perubahan dari ikan diamati selama 15
menit menggunakan stopwatch dan
dicatat,
7.
Setelah 15 menit atau setelah hewan uji
dalam baskom mati kemudian diukur pH akhir.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil
Tabel 1. Pengukuran pH air
Bahan
Toksik
|
pH Sebelum Perlakuan
|
pH
Sesudah Perlakuan
|
||
Baskom
1
|
Baskom 2
|
Baskom 1
|
Baskom
2
|
|
Deterjen
Cair
|
6
|
6
|
8
|
7
|
Baygon
Cair
|
6
|
6
|
6
|
5
|
Molto
Cair
|
6
|
6
|
6
|
6
|
Bayclin
Cair
|
6
|
6
|
7
|
9
|
Pembersih
Lantai
|
6
|
6
|
7
|
7
|
Tabel 2. Perubahan perilaku pada ikan
Kelompok/
Bahan
|
Hasil Percobaan
|
Keterangan
|
|||
Waktu
|
Baskom 1
|
Waktu
|
Baskom
2
|
||
1/Deterjen
Cair
|
1’
|
Ikan mengeluarkan darah
|
1’20”
|
Ikan
mengeluarkan darah
|
- Baskom 1 berisi 2 ekor ikan,
dengan konsentrasi toksikan 25ml
- Baskom 2 berisi 3 ekor ikan,
dengan konsentrasi toksikan 50ml
|
1’10”
|
Ikan mengeluarkan darah
|
3’45”
|
Ikan
berenang dan mencari oksigen dipermukaan
|
||
3’
|
Ikan berenang dan mencari oksigen
dipermukaan
|
5’30”
|
1
Ikan berenang tidak stabil
|
||
5’28”
|
1 Ikan berenang tidak stabil
|
7’10”
|
3
Ikan berenang tidak stabil
|
||
5‘50”
|
2 Ikan berenang tidak stabil
|
7’20”
|
Ketiga
ikan mati dan berlendir
|
||
6’40”
|
Kedua ikan mati
|
-
|
-
|
||
2/Baygon
Cair
|
5’
|
Ikan bergerak agresif
|
1’
|
Ikan
bergerak agresif
|
- Baskom 1 berisi 2 ekor ikan, dan
5 ml baygon
- Baskom 2 berisi 3 ekor ikan, dan
15 ml baygon
|
6’
|
Ikan berenang perlahan
|
2’
|
Ikan
berenang tidak stabil
|
||
7’
|
Ikan mengapung mencari oksigen
|
4’
|
1
ikan mati
|
||
9’
|
1 ikan mati
|
5’
|
Ketiga
ikan mati
|
||
11’
|
Kedua ikan mati
|
-
|
-
|
||
3/Molto
Cair
|
1’
|
Ikan naik ke permukaan
|
1’
|
Ikan
bergerak aktif
|
-
baskom 1 dengan 2 ikan dan konsentrasi molto cair 15ml
-
baskom 2 dengan 3 ikan dan konsentrasi molto 50ml
|
3’
|
Ikan
mulai lemas
|
2’
|
Ikan
mulai lemas
|
||
5’
|
Gerakan
ikan mulai melambat
|
3’
|
ikan
lompat-lompat
|
||
8’
|
Salah
satu ikan mulai tidak bergerak
|
5’
|
Ikan
lemas dan mengapung
|
||
9’
|
Ikan
mulai diam di dasar
|
6’
|
1
ikan mati
|
||
11’
|
Salah
satu ikan sisiknya terkelupas
|
7’
|
Ikan
lemas dan mengapung
|
||
12’
|
Salah
satu ikan mulai tidak bergerak
|
9’
|
1
ikan mati
|
||
14’
|
Salah
satu ikan mati
|
10’
|
Semua
ikan mengapung
|
||
15’
|
Ikan
yang masih hidup dalam kondisi sekarat
|
13’
|
1
ikan lompat lompat
|
||
16’
|
Dilakukan
penambahan 10ml
|
16’
|
Semua
ikan mati
|
||
18’
|
Semua
ikan mati
|
-
|
-
|
||
4/Bayclin
Cair
|
28”
|
Ikan bergerak cepat dan loncat/Agresif
|
67”
|
Ikan
bergerak cepat/Agresif
|
- Baskom 1 berisi 2 ekor ikan, 5ml
bayclean cair
- Baskom 2 berisi 3 ekor ikan, 15 m
bayclean cair
|
40”
|
Ikan bergerak cepat dan loncat/Agresif
|
1’45”
|
Pergerakan
ikan melambat
|
||
1’
|
Berenang dan mencari oksigen di
permukaan
|
5’
|
Ikan
berenang tidak stabil
|
||
2’30”
|
Pergerakan ikan melambat
|
6’15”
|
Pergerakan
ikan semakin tidak beraturan/terbalik
|
||
2’47”
|
1 ikan berenang tidak stabil
|
6’30”
|
1
ikan mati dan berlendir
|
||
5’54”
|
Pergerakan ikan semakin tidak
beraturan/terbalik
|
7’5”
|
Ketiga
ikan mati semua dan berlendir
|
||
7’30”
|
1 ikan mati, 1 ikan masih bergerak
|
-
|
-
|
||
8’
|
Kedua ikan mati
|
-
|
-
|
||
5/Pembersih
Lantai
|
0.8”
|
Ikan masih aktiff
|
2’02”
|
Sudah
agak lemas
|
-baskom 1 berisi 15+10ml pembersih
lantai dengan 2 ikan
-baskom 2 berisi 35ml pembersih
lantai dan 2 ikan
|
1’19”
|
Ikan mulai kekurangan oksigen dan stress
|
3’14”
|
Insang sudah mulai berdarah
|
||
3’26”
|
Ikan mulai tidak konsisten dan
mengambang
|
4’23”
|
Ikan mulai mencari udara
|
||
3’52”
|
Ikan mulai lemas
|
4’49”
|
Ikan berenang miring
|
||
4’7”
|
Ikan mulai kejang kejang dan stress
|
5’09”
|
Sisik ikan mulai mengelupas
|
||
6’29”
|
Insang ikan memerah
|
5’39”
|
Ikan mengeluarkan lendir
|
||
7’52”
|
1 ikan mulai mengapung
|
7’14”
|
Ikan berenang terbalik
|
||
9’21”
|
Insang terbuka lebar
|
8’8”
|
Ikan pingsan
|
||
11’18”
|
1 ikan mengambang dan tidak seimbang
|
13’8”
|
Ikan mati
|
||
11’52”
|
Sisik ikan terkelupas
|
-
|
|
||
12’53”
|
Ikan mengeluarkan lendir
|
-
|
|
||
13’28”
|
Ikan pingsan
|
-
|
|
||
15’07”
|
Ikan belum mati
|
-
|
|
||
Penambahan 10 ml
|
-
|
|
|||
0.6”
|
Ikan bergerak aktif namun lemas
|
-
|
|
||
3’37”
|
1 ikan mati dan insangnya merah
|
-
|
|
||
8’35”
|
Semua ikan mati
|
-
|
|
3.2.
Pembahasan
Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa penambahan zat toksik ke
dalam perairan akan berpengaruh terhadap pola prilaku ikan,seperti ikan lebih
bergerak agresif,pendarahan pada insang,sirip dan ekor.
Berdasarkan
hasil dari praktikum diatas, dapat kita lihat bahwa tingkah laku sebelum
dimasukkan polutan masih dalam keadaan normal. Setelah dilakukan perlakuan
dengan mamasukkan deterjen cair sebanyak 25 ml dapat dilihat bahwa tingkah laku
ikan mulai berubah atau mulai bergerak aktif jumlah oksigen yang semakin sedikit
yang ditandai dengan warna air yang berubah dan juga berbau, kemudian pada
menit pertama ikan mulai kejang-kejang diikuti dengan gerkan yang semakin cepat
dan juga bukaan insang juga semakin melambat. Pada menit ke ketiga ikan mulai
mencari udara ke atas, pada menit kelima gerakan kedua ikan mulai melambat, dan
pada menit 5.20 ikan pingsan disusul ikan yang lainnya pingsan pada menit 5.28
dan pada menit 6.40 ikan telah mati karena pengaruh dari polutan deterjen cair
yang diberikan.
Sama
halnya dengan baskom kedua yang diisi polutan deterjen sebanyak 50ml dengan
jumlah 3 ikan. Pada awalnya keadaan ikan normal dan tidak menunjukkan keanehan,
setelah di beri deterjen ketiga ikan langsung bergerak cepat dan pada menit
ketiga langsung mencari udara ke permukaan, menit ke empat mulai keluar kotoran
ikan dan darah dari insang, menit ke 5.30 ikan pertama pingsan disusul kedua
ikan lainnya pingsan pada menit 7.10 dan ketiga ikan mati dan berlendir pada
menit 7.20
Jumlah
polutan deterjen cair yang diberikan akan sangat mempengaruhi tingkah laku ikan
atau dengan kata lain semakin besar jumlah polutan deterjen yang diberikan maka
akan mempercepat kematian pada ikan yang ada pada air yang tercemar. Tapi pada
hasil praktikum yang dilakukan ikan yang jumlah polutannya lebih banyak, lama
kematian ikan lebih lama kemungkinan dikarenakan jumlah ikan yang lebih banyak
dari baskom dan daya tahan ikan di baskom kedua lebih kuat dari pada baskom
pertama.
Detergen
berbahaya bagi lingkungan karena kandungan kimia di dalamnya. Zat kimia dapat
membuat ganggang-ganggang yang menutup sungai tumbuh dengan cepat dan menjadi
subur. Ganggang-ganggang pada sungai akan menutupi perairan sehingga cahaya
matahari tidak dapat menembus ekosistem perairan dan kadar oksigen dalam sungai
menjadi berkurang. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme di
dalamnya. Ganggang tersebut seperti teratai dan eceng gondok.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil
praktikum dapat disimpulkan bahwa deterjen dapat membunuh hewan akuatik karena
kandungannya berbahaya bagi organisme air
4.2 Saran
Sebaiknya limbah
penggunaan deterjen dilakukan pengelolaan agar tidak menggangu kelangsungan
organisme air
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Dix, H.M. 1981. Environmental Pollution. United States: John Wiley & Sons
Ltd.
Rand, G.M.
and Petrocelli, S.R., Eds. (1985) Fundamentals
of Aquatic Toxicology:
Methods and Applications. Hemispheres Publishing, New York, 374-415.
Methods and Applications. Hemispheres Publishing, New York, 374-415.
Edition. D. Van Nostrand Company, New York.