Selasa, 13 November 2018

KUANTITATIF BAHAN TOKSIK

Nama
: Musthofa Abimar Simamora
NIM
: J3M116088
Kelas
: LNK A2
Kelompok
: 1
Hari/Tanggal
: Jumat, 9 November 2018
Waktu
: 07.00-11.00 WIB
PJ Praktikum
: Emil Wahdi M.Si
Asisten
: Woro Wur Daningsih

  Maulita Ananda P
Laporan Praktikum    
Sanitasi dan Toksikologi      
                                              














KUANTITATIF BAHAN TOKSIK




Hasil gambar untuk logo ipb png small




PROGRAM STUDI TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Ekotoksikologi adalah ilmu yang mengkaji perubahan-perubahan ekosistem yang mengalami gangguan jangka panjang atau pendek. Menurut (Rand and Petrocelli, 1985) toksikologi perairan adalah ilmu yang mengkaji kualitatif dan kuantitatif bahan-bahan kimia dan antropogenik lain atau xenobiotik yang merugikan organisme perairan. Xenobiotik adalah zat-zat kimia yang asing bagi tubuh organisme.
Berbagai senyawa kimia organik, anorganik atau mineral yang dibuang ke dalam air dapat mengotori dan bersifat toksik sehingga dapat mematikan ikan dan organisme air lainnya. Bahan toksik di perairan yang berupa zat-zat kimia beracun dapat berasal dari kegiatan industri, air limbah tambang, erosi permukaan pada tambang terbuka, pencucian herbisida dan insektisida serta akibat kecelakaan seperti tumpahnya minyak atau pecahnya tanker kimia di laut (Southwick, 1976). Khusus tentang limbah yang berasal dari kegiatan industri, (Dix, 1981) menyatakan bahwa pencemar yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh jenis industri.
Kehidupan mahluk hidup tergantung dari apa yang terjadi dilingkunganya. Lingkungan yang bebas mudah dimasuki bahan-bahan yang tidak diketahui misalnya Limbah. Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari prosesperacunan atau sifat-sifat bahan racun dan pengaruhnya terhadap mahluk hidup.Ilmu yang mempelajari mengenai proses peracunan yang terjadi di lingkungandisebut ekotoksikologi. Ekotoksigologi merupakan cabang ilmu dari Toksikologi.Wilayah perairan adalah zona bebas dimana banyak effluent yang masuk baik secara langsung melalui pipa-pipa pembuangan atau run off dari aliran bawah tanah.
Banyak zat-zat kimia yang di buang ke laut diantaranya adalah dari limbah-limbah industri yang banyak memakai bahan kimia, atau limbah dari kegiatan akuakultur yang biasanya menghasilkan limbah bahan-bahan organik. Efek keracunan yang terjadi dapat bersifat akut, sub-akut, khronis, delayed. Hal ini ditentukan oleh waktu, lokasiorgan (lokal/sistemik). Kemampuan racun untuk menimbulkan kerusakan apa bilamasuk kedalam tubuh dan lokasi organ yang rentan disebut toksisitas.Toksisitas dapat ditentukan dari beberapa faktor

1.2.        Tujuan
1.      Mengetahui toksisitas dan dampak negatif dari deterjen  cair
2.      Mengetahui perubahan dari hewan uji terhadap toksikan
3.      Mengetahui kandungan aktif dari deterjen cair


BAB II
METODE KERJA
2.1.        Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk praktikum yaitu baskom, pH indicator, gelas ukur, stopwatch, dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu ikan mas (Cyprinus carpio L.), air keran, deterjen cair, softener (pewangi), bayclean, baygon, dan pembersih lantai.

2.2.        Cara kerja
1.      Siapkan 2 baskom terlebih dahulu,
2.      Kemudian baskom yang telah disiapkan diisi dengan air keran,
3.      Ukur pH awal dari air,
4.      Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) dimasukkan ke dalam baskom yang telah berisi air, satu baskom berisi 2 ikan dan baskom lainnya berisi 3 ikan,
5.      Bahan deterjen cair (Total) sebanyak 25 ml diukur dengan gelas ukur kemuduian dimasukkan ke dalam baskom 1 dan sebanyak 50 ml ke dalam baskom 2 yang berisi air,
6.      Perubahan dari ikan diamati selama 15 menit menggunakan stopwatch dan dicatat,
7.      Setelah 15 menit atau setelah hewan uji dalam baskom mati kemudian diukur pH akhir.



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
          Tabel 1. Pengukuran pH air
Bahan Toksik
pH Sebelum Perlakuan
pH Sesudah Perlakuan
Baskom 1
Baskom 2
Baskom 1
Baskom 2
Deterjen Cair
6
6
8
7
Baygon Cair
6
6
6
5
Molto Cair
6
6
6
6
Bayclin Cair
6
6
7
9
Pembersih Lantai
6
6
7
7

Tabel 2. Perubahan perilaku pada ikan
Kelompok/
Bahan
Hasil Percobaan
Keterangan
Waktu
Baskom 1
Waktu
Baskom 2
1/Deterjen Cair
1’
Ikan mengeluarkan darah
1’20”
Ikan mengeluarkan darah
- Baskom 1 berisi 2 ekor ikan, dengan konsentrasi toksikan 25ml
- Baskom 2 berisi 3 ekor ikan, dengan konsentrasi toksikan 50ml
1’10”
Ikan mengeluarkan darah
3’45”
Ikan berenang dan mencari oksigen dipermukaan
3’
Ikan berenang dan mencari oksigen dipermukaan
5’30”
1 Ikan berenang tidak stabil
5’28”
1 Ikan berenang tidak stabil
7’10”
3 Ikan berenang tidak stabil
5‘50”
2 Ikan berenang tidak stabil
7’20”
Ketiga ikan mati dan berlendir
6’40”
Kedua ikan mati
-
-
2/Baygon Cair
5’
Ikan bergerak agresif
1’
Ikan bergerak agresif
- Baskom 1 berisi 2 ekor ikan, dan 5 ml baygon
- Baskom 2 berisi 3 ekor ikan, dan 15 ml baygon
6’
Ikan berenang perlahan
2’
Ikan berenang tidak stabil
7’
Ikan mengapung mencari oksigen
4’
1 ikan mati
9’
1 ikan mati
5’
Ketiga ikan mati
11’
Kedua ikan mati
-
-
3/Molto Cair
1’
Ikan  naik ke permukaan
1’
Ikan bergerak aktif
- baskom 1 dengan 2 ikan dan konsentrasi molto cair 15ml
- baskom 2 dengan 3 ikan dan konsentrasi molto 50ml
3’
Ikan mulai lemas
2’
Ikan mulai lemas
5’
Gerakan ikan mulai melambat
3’
ikan lompat-lompat
8’
Salah satu  ikan mulai tidak bergerak
5’
Ikan lemas dan mengapung
9’
Ikan mulai diam di dasar
6’
1 ikan mati
11’
Salah satu ikan sisiknya terkelupas
7’
Ikan lemas dan mengapung
12’
Salah satu ikan mulai tidak bergerak
9’
1 ikan mati
14’
Salah satu ikan mati
10’
Semua ikan mengapung
15’
Ikan yang masih hidup dalam kondisi sekarat
13’
1 ikan lompat lompat
16’
Dilakukan penambahan 10ml
16’
Semua ikan mati
18’
Semua ikan mati
-
-
4/Bayclin Cair
28”
Ikan bergerak cepat dan loncat/Agresif
67”
Ikan bergerak cepat/Agresif
- Baskom 1 berisi 2 ekor ikan, 5ml bayclean cair
- Baskom 2 berisi 3 ekor ikan, 15 m bayclean cair
40”
Ikan bergerak cepat dan loncat/Agresif
1’45”
Pergerakan ikan melambat
1’
Berenang dan mencari oksigen di permukaan
5’
Ikan berenang tidak stabil
2’30”
Pergerakan ikan melambat
6’15”
Pergerakan ikan semakin tidak beraturan/terbalik
2’47”
1 ikan berenang tidak stabil
6’30”
1 ikan mati dan berlendir
5’54”
Pergerakan ikan semakin tidak beraturan/terbalik
7’5”
Ketiga ikan mati semua dan berlendir
7’30”
1 ikan mati, 1 ikan masih bergerak
-
-
8’
Kedua ikan mati
-
-
5/Pembersih Lantai
0.8”
Ikan masih aktiff
2’02”
Sudah agak lemas
-baskom 1 berisi 15+10ml pembersih lantai dengan 2 ikan
-baskom 2 berisi 35ml pembersih lantai dan 2 ikan
1’19”
Ikan mulai kekurangan oksigen dan stress
3’14”
Insang sudah mulai berdarah
3’26”
Ikan mulai tidak konsisten dan mengambang
4’23”
Ikan mulai mencari udara
3’52”
Ikan mulai lemas
4’49”
Ikan berenang miring
4’7”
Ikan mulai kejang kejang dan stress
5’09”
Sisik ikan mulai mengelupas
6’29”
Insang ikan memerah
5’39”
Ikan mengeluarkan lendir
7’52”
1 ikan mulai mengapung
7’14”
Ikan berenang terbalik
9’21”
Insang terbuka lebar
8’8”
Ikan pingsan
11’18”
1 ikan mengambang dan tidak seimbang
13’8”
Ikan mati
11’52”
Sisik ikan terkelupas
-


12’53”
Ikan mengeluarkan lendir
-

13’28”
Ikan pingsan
-

15’07”
Ikan belum mati
-

Penambahan 10 ml
-

0.6”
Ikan bergerak aktif namun lemas
-

3’37”
1 ikan mati dan insangnya merah
-

8’35”
Semua ikan mati
-


3.2. Pembahasan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa penambahan zat toksik ke dalam perairan akan berpengaruh terhadap pola prilaku ikan,seperti ikan lebih bergerak agresif,pendarahan pada insang,sirip dan ekor.
Berdasarkan hasil dari praktikum diatas, dapat kita lihat bahwa tingkah laku sebelum dimasukkan polutan masih dalam keadaan normal. Setelah dilakukan perlakuan dengan mamasukkan deterjen cair sebanyak 25 ml dapat dilihat bahwa tingkah laku ikan mulai berubah atau mulai bergerak aktif jumlah oksigen yang semakin sedikit yang ditandai dengan warna air yang berubah dan juga berbau, kemudian pada menit pertama ikan mulai kejang-kejang diikuti dengan gerkan yang semakin cepat dan juga bukaan insang juga semakin melambat. Pada menit ke ketiga ikan mulai mencari udara ke atas, pada menit kelima gerakan kedua ikan mulai melambat, dan pada menit 5.20 ikan pingsan disusul ikan yang lainnya pingsan pada menit 5.28 dan pada menit 6.40 ikan telah mati karena pengaruh dari polutan deterjen cair yang diberikan.
Sama halnya dengan baskom kedua yang diisi polutan deterjen sebanyak 50ml dengan jumlah 3 ikan. Pada awalnya keadaan ikan normal dan tidak menunjukkan keanehan, setelah di beri deterjen ketiga ikan langsung bergerak cepat dan pada menit ketiga langsung mencari udara ke permukaan, menit ke empat mulai keluar kotoran ikan dan darah dari insang, menit ke 5.30 ikan pertama pingsan disusul kedua ikan lainnya pingsan pada menit 7.10 dan ketiga ikan mati dan berlendir pada menit 7.20
Jumlah polutan deterjen cair yang diberikan akan sangat mempengaruhi tingkah laku ikan atau dengan kata lain semakin besar jumlah polutan deterjen yang diberikan maka akan mempercepat kematian pada ikan yang ada pada air yang tercemar. Tapi pada hasil praktikum yang dilakukan ikan yang jumlah polutannya lebih banyak, lama kematian ikan lebih lama kemungkinan dikarenakan jumlah ikan yang lebih banyak dari baskom dan daya tahan ikan di baskom kedua lebih kuat dari pada baskom pertama.
Detergen berbahaya bagi lingkungan karena kandungan kimia di dalamnya. Zat kimia dapat membuat ganggang-ganggang yang menutup sungai tumbuh dengan cepat dan menjadi subur. Ganggang-ganggang pada sungai akan menutupi perairan sehingga cahaya matahari tidak dapat menembus ekosistem perairan dan kadar oksigen dalam sungai menjadi berkurang. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme di dalamnya. Ganggang tersebut seperti teratai dan eceng gondok.


BAB IV
PENUTUP
4.1.  Kesimpulan
             
            Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa deterjen dapat membunuh hewan akuatik karena kandungannya berbahaya bagi organisme air

4.2 Saran
            Sebaiknya limbah penggunaan deterjen dilakukan pengelolaan agar tidak menggangu kelangsungan organisme air




BAB V
DAFTAR PUSTAKA


Dix, H.M. 1981. Environmental Pollution. United States: John Wiley & Sons Ltd.

Rand, G.M. and Petrocelli, S.R., Eds. (1985) Fundamentals of Aquatic Toxicology:
            Methods and Applications
. Hemispheres Publishing, New York, 374-415.

Southwick, C.H. 1976. Ecology and the Quality of Our Environment. Second
            Edition. D. Van Nostrand Company, New York.